Kalung ‘Anti Virus Corona Eucalyptus’ buatan
Kementerian Pertanian (Kementan) membuat geger masyarakat Indonesia. Kementan
Mengklaim produk tersebut mampu mematikan virus Covid-19.
Sejak virus Covid-19 muncul pada awal tahun silam, ada banyak rumor
soal obat-obatan yang diklaim ampuh melawan virus. Empon-empon misalnya,
dikabarkan bisa menangkal virus sebab serangkaian rempah alami itu bisa
meningkatkan daya tubuh. Jahe bahkan sempat jadi langka di masyarakat.
Setelah itu, sempat viral sebuah produk yang bisa melindungi tubuh
dari paparan virus corona yang bernama ‘virus Shut Out’. Viralnya produk ini karena banyaknya artis
tanah air yang menggunakannya. Bukannya memberikan manfaat, kalung ini justru
beresiko pada kesehatan manusia, karena menggunakan klorin
Kini kita kembali dihadapkan pada produk baru yang diklaim bisa
memberikan perlindungan terhadap virus. Tidak main-main, produk ini di-endorse
langsung oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Pihak Kementerian
menyebutnya ‘kalung anti-virus’. Syahrul mengklaim produk ini sudah melalui
tahap uji peneliti sehingga keampuhannya sudah terbukti.
Kalung ini mengandung ekstrak eucalyptus atau yang bisa dikenal
masyarakat sebagai kayu putih. Menteri Syahrul mengklaim kalung ini dapat
mematikan Covid-19 dengan kontak. Jika berkontak selama 15 menit akan membunuh
42% virus. Persentase tersebut akan selalu naik sesuai lama melakukan kontak.
Kementan berencana memproduksi massal kalung ini pada Agustus
mendatang. Produknya bahkan bakal dikembangkan hingga menjadi semacam salep
oles untuk bagian luar tubuh.
Aksesori aromaterapi
Sampai saat ini belum ada satupun institusi di dunia yang mengklaim
telah menemukan obat Covid-19 maupun antivirusnya. Metode pengobatannya bahkan
masih tarik ulur. Obat malaria hydroxychloroquine
dan klorokuin sempat dipakai untuk mengobati pasien Covid-19. Belakangan World
Health Organization (WHO) dan beberapa negara lain seperti Amerika Serikat
menarik kedua obat ini dari lini pengobatan Covid-19. Meski kemudian diketahui
pangkal persoalannya justru terletak pada kelalaian para peneliti yang
menerbitkan hasil riset klorokuin di jurnal Lancet.
Maka wajar belaka jika kalung antivirus ala Kementerian Pertanian
disambut dingin banyak pihak. Sejumlah pihak bahkan terang-terangan mencibir produk ini.
Tampaknya, kesalahan utama produk ini adalah branding dan penamaannya. Ahli
farmakologi Zullies Ikawati berpendapat kalung ini lebih tepat disebut
‘aksesori aromaterapi’ ketimbang antivirus. Eucalyptus, menurut penelitian
Balitbang Kementan, punya potensi besar
untuk menekan pertumbuhan virus. Namun, ini biasanya digunakan untuk melegakan
pernafasan dan menyamankan tenggorokan. Gejala yang biasa terjadi pada pasien
Covid-19.
Dengan demikian, kalung antivirus ala Kementan lebih tepat disebut
sebagai jamu saja. Ia selayaknya empon-empon dan jahe yang dipercaya bisa
membantu meningkatkan daya tahan tubuh, tetapi teruji klinis bisa membasmi
virus secara langsung.
Kalung eucalyptus atau disebut juga dengan kalung minyak kayu putih
merupakan suatu bentuk obat herbal. Memang ada hasil penelitian yang
menunjukkan potensi dari senyawa tersebut. Namun belum ada hasil yang
menunjukkan bahwa produk ini bisa menangkal virus Covid-19. Kesalahan persepsi
ini yang seharusnya diluruskan.
Tulisan ini sudah terbit di Haluan.co